Kisah Korban Perdagangan Manusia di Tanah Air memang menjadi salah satu isu yang masih menjadi perhatian serius di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, kasus perdagangan manusia di Indonesia masih cukup tinggi, terutama di daerah-daerah perbatasan.
Menurut Kepala Biro Humas Kemendikbud, Elita Suryani, “Kisah Korban Perdagangan Manusia di Tanah Air memang masih sering terjadi dan perlu penanganan yang serius dari pemerintah dan masyarakat.” Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian dari Yayasan Pulih, yang menemukan bahwa banyak korban perdagangan manusia di Indonesia berasal dari wilayah perbatasan seperti NTT, NTB, dan Papua.
Menurut Maria Ulfah Anshor, Direktur Eksekutif Yayasan Pulih, “Kisah Korban Perdagangan Manusia di Tanah Air seringkali tidak terungkap karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melaporkan kasus-kasus tersebut.” Oleh karena itu, peran pemerintah dan seluruh elemen masyarakat sangat penting dalam memberantas perdagangan manusia di Indonesia.
Menurut data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, sebanyak 70% kasus perdagangan manusia di Indonesia melibatkan perempuan dan anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dan anak-anak adalah kelompok yang paling rentan menjadi korban perdagangan manusia.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan seluruh elemen masyarakat untuk memberantas perdagangan manusia di Indonesia. Dengan meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat, diharapkan kasus-kasus perdagangan manusia di Tanah Air dapat diminimalisir dan korban-korban dapat mendapatkan perlindungan yang layak.